dHunter News>>Jum'atan, 06-September-2012
=> Oleh: Ust. Munawwar Khalil
Allah mengumpamakan orang yang merugi setelah perginya bulan mulia Ramadhan:
Kepergian bulan suci Ramadhan hendaknya menjadi awal baru untuk langkah kita meningkatkan kualitas taqwa kita, jangan hanya di bulan mulia Ramadhan saja kita berusaha membangun amalan raksasa, lantas semuanya kita tinggalkan seiring Ramadhan itu berlalu.
Pada bulan mulia Ramadhan, kita bersusah paya menjaga shalat jama’ah kita, tilawah Al-Qur’an, menjaga hawa nafsu, emosi dan amarah, menjaga sedeqah. Lantas setelah bulan mulia itu berlalu, berlalu juga semua amalan-amalan yang kita lakukan pada bulan itu, na’udzubillah. Seolah-olah tuhan yang kita sembah pada bulan mulia Ramadhan BERBEDA dengan tuhan yang kita sembah pada bulan yang lainnya!!
Sungguh merugi amalan yang kita bangun dengan susah paya pada bulan mulia Ramadhan yang lantas kita sendiri yang menyia-nyiakan bahkan merusaknya setelah Ramadhan itu pergi. Padahal seharusnya kita lebih meningkatkan semua bentuk amalan kita setelah Ramadhan sebagai bentuk penghargaan kita terhadap bulan mulia yang telah meninggalkan kita dan tak akan pernah kembali itu.
Sebagai bentuk upaya kita untuk melanjutkan perjuangan dalam meningkatkan kualitas taqwa dalam hidup kita.
Peningkatan kualitas taqwa secara berkesinambungan, konsisten, hingga kia dipanggil oleh Allah dalam keadaan berserah diri.
Peritah untuk orang bertaqwa agar mempersiapkan bekal untuk hari esok yaitu hari setelah kematian.
Sekian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Diliput langsung oleh: Nadil TheHunter
=> Oleh: Ust. Munawwar Khalil
![]() |
Da'i muda: Munawwar Khalil |
Allah mengumpamakan orang yang merugi setelah perginya bulan mulia Ramadhan:
“Seumpama seorang wanita yang bersusah paya memintal benang pada suatu waktu lantas ia sendiri yang melepas pintalannya pada waktu yang lainnya.”
Kepergian bulan suci Ramadhan hendaknya menjadi awal baru untuk langkah kita meningkatkan kualitas taqwa kita, jangan hanya di bulan mulia Ramadhan saja kita berusaha membangun amalan raksasa, lantas semuanya kita tinggalkan seiring Ramadhan itu berlalu.
Pada bulan mulia Ramadhan, kita bersusah paya menjaga shalat jama’ah kita, tilawah Al-Qur’an, menjaga hawa nafsu, emosi dan amarah, menjaga sedeqah. Lantas setelah bulan mulia itu berlalu, berlalu juga semua amalan-amalan yang kita lakukan pada bulan itu, na’udzubillah. Seolah-olah tuhan yang kita sembah pada bulan mulia Ramadhan BERBEDA dengan tuhan yang kita sembah pada bulan yang lainnya!!
Sungguh merugi amalan yang kita bangun dengan susah paya pada bulan mulia Ramadhan yang lantas kita sendiri yang menyia-nyiakan bahkan merusaknya setelah Ramadhan itu pergi. Padahal seharusnya kita lebih meningkatkan semua bentuk amalan kita setelah Ramadhan sebagai bentuk penghargaan kita terhadap bulan mulia yang telah meninggalkan kita dan tak akan pernah kembali itu.
Sebagai bentuk upaya kita untuk melanjutkan perjuangan dalam meningkatkan kualitas taqwa dalam hidup kita.
Peningkatan kualitas taqwa secara berkesinambungan, konsisten, hingga kia dipanggil oleh Allah dalam keadaan berserah diri.
Peritah untuk orang bertaqwa agar mempersiapkan bekal untuk hari esok yaitu hari setelah kematian.
“Berbekallah kalian dan sebaik-baik bekal adalah taqwa"
Sekian, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Diliput langsung oleh: Nadil TheHunter
Posting Komentar